Jumat, 29 Februari 2008

Rona kuningan yang bercorak perak menghitam...

Manusia apakah hanya lendir yang kian banyak di muka bumi, setidaknya dibenakku..?
Yang mana lalat putih pasti enggan menjilati.
Apalagi hinggap tanpa memakai alas kaki.

Bersendau gurau, terkikik.....
Poligami atas karangan-karangan rumah kecil disedikitnya tawa dan canda.
Mungkin itu hanya gula yang tiada manis terjilat, namun terpijak.
Rebusan api dalam tungku yang tersulut air.
Dengan gula yang tadi aku sebutkan.

Hahaha....
Ini hanyalah tulisan yang tergores.
Bisa diartikan, namun lebih indah jika didengar dengan hati dan terpejam.
Apakah mungkin ini hanyalah fatamorgana dari denyut otakku yang sempit.
Sempit akan ruang-ruang merah, hitam dan biru.

Control A + Control C, setidaknya tiap ganti batasan.
Kebiasaan yang baik namun bisa berarti buruk pula.
Itupun tergantung dari sudut-sudut tertentu yang kiranya kumbang hitam mau bernari.
Control V sedianya sebagai penopang untuk cadangan.
Namun tentunya atas memori yang cukup.
Mau ditempatkan kemana saja...??
Ataukah hanya sebagai keahlian semata.
(Tidak dalam urusan senggama dalam berpikir)

Mengapa kuningan nampak berubah perak, kian beranjak hitam..??
Ataukah hanya mataku saja?
Tak apa, asal tidak untuk hatiku.

Semuanya, simak dan pikirkan sejenak.
Apa yang kita ketahui atas diri kita??


...
...
...


Hanyalah kesilaman yang mungkin masih berarti ataupun tak sama sekali.
Tiada sekecil pikiran untuk tatapan tajam seperti bumi mendongak melihat langit.
Itulah rona kuningan yang bercorak perak menghitam...
Setidaknya, itu yang aku pikirkan.

Kamis, 28 Februari 2008

Akankah terik rembulan bersiul mengigau ??

Ada kalanya geseran waktu terhenti oleh deru langkah sang pangeran tengah malam.
Dan haruskah ketika tertulis sebuah goresan itu bermakna?
Lambat kian hati enggan beranjak dari pintu gerbang dunia maya.
Tiada media lagi yang kiranya terpadu dengan rasa ini.
Keluh bingung dan salah.
Potret lagu terlenguh dari peluh yang terik, menetes lambat.
Semoga kian lalu namun tiada rintih kesedihan.
Aku hanyalah secerca dari seribu cercaan yang ada dari sekian kabut di bumi.
Aku bisa dibilang keterbukaan yang manja akan sayang dan ketulusan luka.
Namun mungkin rembulan ngengan sedikit melirikku.
Tapi keyakinanku selalu ada dan tiada kepastian.
Akankah terik rembulan bersiul mengigau??
Mengimpikanku sedang tersenyum dikisaran bintang kecil.
Entah mungkin suatu waktu.

Tanya yang selalu terlontar, terkadang begitu berat.
Jangankan menjawab, sedikitpun bibirku bergerak alangkah susahnya.
Yaa,walaupun bunga itu begitu cantik.

Aku tahu sebenarnya langit selalu biru, setidaknya dalam hatiku.
Secangkir kopi terkandung lelah aku teguk.
Yang kedua adalah resah.
Dan hingga habis, kedewasaanku bertambah.
Mungkin ini sedikit pantulan sinar.
Entah dari mana.
Yang penting bukanlah yang tersurat, melainkan denting kecil yang tersirat
bersama angin putih.

Biarkan tanganku yang bicara, untuk lukiskan sesuatu yang tak terlihat jelas .
Jauh.

Akankah siulku membuat terik rembulan mengigau???